Keberagaman bahasa yang ada di bumi nusantara ini, terbagi atas dua
kelompok bahasa besar yakni rumpun Austronesia dan Non-Austronesia yang
statusnya kini semakin terancam punah. "Tinggal 10 persen saja yang
akan bisa bertahan, penyebabnya bahasa-bahasa itu semakin jarang
dipergunakan," kata Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan
Kebudayaan (PMB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Drs. Abdul
Rachman Patji M.A di Jakarta, Jumat.
Ancaman kepunahan banyak terjadi pada rumpun Non-Austronesia,
khususnya bahasa-bahasa yang digunakan di Indonesia bagian timur. Abdul
Rachman Patji menyebutkan, jumlah bahasa daerah yang terancam punah
menurut referensi penelitian adalah 169 bahasa etnis.
Kepunahan itu
terjadi akibat beberapa faktor, diantaranya urbanisasi dan perkawinan
antar etnis, ujarnya.
"Urbanisasi berpengaruh karena jika orang dari daerah pindah ke kota
besar atau ibukota, maka dalam berinteraksi dengan etnis lain bahasa
etnisnya sendiri cenderung ditinggalkan. Mereka akan memilih bahasa
Indonesia sebagai bahasa komunikasi antar etnik, dan tidak lagi
menggunakan bahasa daerahnya masing-masing," ujarnya.
Menurut dia, penyebab utama kepunahan bahasa juga disebabkan para
orang tua tidak lagi mengajarkan atau menggunakan bahasa tersebut kepada
anak-anaknya dalam kesehariannya. Sedangkan perkawinan campuran
menyebabkan penggunaan bahasa etnis kedua pihak yang menikah
ditinggalkan, dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang
digunakan dalam berkomunikasi.
Di samping hal-hal tersebut, menurutnya ada empat sebab lain yang
menyebabkan kepunahan bahasa. Pertama, para penuturnya berpikir tentang
dirinya sebagai inferior secara sosial. Kedua, terikat pada masa lalu.
Ketiga, sisi tradisional dan keempat karena secara ekonomi kehidupannya
stagnan. Keempat sebab ini disebut oleh sejumlah linguis sebagai proses
penelantaran bahasa, imbuhnya.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar